Beberapa yoga pemula pasti pernah tahu atau melihat guru yoga yang badannya super fleksibel. Saat melihat pose fotonya yang diposting di FB atau Instagram, maka kebanyakan yoga pemula pasti terkagum-kagum dan berharap bisa seperti guru tersebut suatu hari nanti. Padahal, tidak semua orang ‘dikaruniai’ kelenturan tubuh atau hipermobilitas sendi seperti itu.
[notice animation_delay=”0″ animate=”bounce” ]Mempunyai badan yang fleksibel adalah impian bagi para yogi pada umumnya. Tapi apakah “terlalu fleksibel” sesuatu yang harus di-impikan? Anda harus ingat bahwa hypermobility dapat cedera ![/notice]
Sesuai istilahnya, hipermobiltas sendi (hypermobility)mengacu pada kelenturan sendi yang sangat ekstrim. Untuk melakukan Uttanasana misalnya, kalau kebanyakan yogi mungkin kesulitan menyentuh lantai dengan kedua telapak tangannya, namun tidak demikian dengan mereka yang hypermobility. Mereka bisa melakukannya dengan mudah. Jadi kalau Anda mampu bersila dengan mudah tanpa rasa sakit saat melakukan pose lotus, besar kemungkinan Anda termasuk dalam golongan hypermobility ini juga.
Nah sekarang, supaya para yoga pemula tidak merasa ciut hati atau terintimidasi karena tidak bisa selentur itu, mari kita pahami bersama apa saja fakta mengenai hypermobility itu dan kaitannya dengan olahraga yoga.
1. Yoga tidak sama dengan hypermobility
Yoga merupakan jenis olahraga yang tidak berpusat pada kelenturan, melainkan nafas dan pikiran. Jadi kalau suatu gerakan tidak melibatkan ritme nafas yang tepat, maka boleh dibilang itu bukan yoga.
Hanya karena seseorang gagal fleksibel, tidak berarti ia gagal juga dalam yoga. Ingatlah kalau yoga itu pengalaman pribadi sehingga hasilnya pasti tidak sama antar masing-masing orang.
Sebaliknya, hanya karena seseorang super lentur dan bisa melakukan pose tertentu dengan sempurna, itu tak berarti kalau ia pasti sedang melakukan yoga pada saat itu. Bisa jadi kan kalau ia hanya show off atau ya karena ia memang ingin saja melakukannya, namun tanpa disertai ritme nafas yang benar.
2. Hypermobility memang bisa didapat dari yoga
Kalau seseorang rajin berlatih yoga, memang ada kemungkinan tingkat kelenturannya meningkat sehingga tubuhnya bisa super fleksibel. Namun ada baiknya, para yoga pemula tidak menjadikan hypermobility ini sebagai ‘target’ utama saat berlatih yoga.
Ada berbagai alasan mengapa hypermobility tak boleh jadi sasaran utama. Pertama, karena hypermobility bukanlah inti yoga yang sebenarnya. Kedua, kalau kelenturan menjadi targetnya, maka yoga pemula bisa terjebak dalam situasi yang membuat ia menyiksa tubuhnya sendiri. Ia mungkin akan memaksakan otot atau sendinya untuk meregang melebihi batas yang seharusnya, dan jika dibiarkan, ini bisa menimbulkan cedera.
3. Pelaku hypermobility didapati lebih sering cedera saat yoga
Uniknya, pelaku hypermobility seringkali tidak sadar kalau gerakan super lentur yang ia lakukan itu juga menyiksa ototnya. Saat stretching, bungkuk sana-sini, atau memelintir tubuh, sendi tubuh mereka memang baik-baik saja, namun tidak dengan bagian otot. Karenanya, walau mereka tampak begitu mudah saat melakukan pose sulit, namun justru kaum inilah yang paling sering mengalami cedera serius saat latihan.
4. Para ahli bahkan belum bisa memahami mengapa seseorang bisa mengalami hipermobilitas sendi
Para ahli saraf hingga saat ini mengaku belum memahami penyebab hypermobility. Namun mereka beranggapan kalau ini terjadi karena adanya mutasi genetik kolagen.
5. Pribadi hypermobility ternyata lebih mudah sakit-sakitan
Dibanding orang normal, pribadi dengan hipermobiltas sendi ternyata memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengidap osteoarthritis, mati rasa, atau fibromyalgia (nyeri pada sekujur tubuh). Mereka ini juga lebih mudah memar dan kulitnya seringkali mengandung elastin dalam jumlah besar. Hal ini membuat mereka lebih rawan mengalami oversensitivitas saraf, tekanan darah rendah, serta gangguan sirkulasi dan pencernaan.
Pribadi hypermobility juga memiliki pembuluh darah yang lebih elastis sehingga membuat tubuhnya seringkali menghasilkan adrenalin dalam jumlah berlebih. Kadar adrenalin tingkat tinggi inilah yang sering membuat mereka lebih mudah stres dan gelisah. Dokter juga mengatakan kebanyakan dari pribadi hypermobility sering mengidap penyakit autoimun.
6. Yoga memang bisa membuat hypermobility lebih baik jika…
Sebenarnya yoga bisa membuat pribadi hypermobility lebih baik kalau olahraga ini dilakukan dengan kesadaran penuh, bukannya dipaksakan, buru-buru, apalagi untuk mencari sensasi dan kekaguman dari orang lain. Sebab bila sampai over-stretching, maka pribadi dengan hipermobiltas sendi bisa mengalami cedera. Sedikit saran yang bisa dipraktekkan para penyandang hipermobilitas sendi adalah:
- Walau Anda bisa meluruskan siku dan lutut secara sempurna, namun tak berarti itu baik untuk tubuh. Jadi tekuklah sedikit sendi di bagian tersebut agar ototnya tidak over-stretching sehingga menyebabkan robek.
- Ketimbang stretching ke luar, berfokuslah ke arah dalam karena ini lebih ramah untuk otot.
- Lakukan gerakan dan pose yang menantang supaya bagian tubuh lain juga ikut dilatih dan diperkuat.
- Jangan segan memberitahukan guru yoga kalau Anda hypermobility dan mintalah saran darinya untuk mencegah cedera.
- Lakukan pranayama, meditasi, serta Yoga Nidra untuk merilekskan sistem saraf sehingga tubuh dan pikiran bisa kembali seimbang.
- Belajarlah mengenai batasan diri sendiri, dan hormati itu. Jangan memaksakan diri terlalu jauh.
Itulah tadi beberapa fakta menarik mengenai hipermobilitas sendi dan yoga yang kami harapkan dapat menambah wawasan Anda semua.
By Emma Newlyn